Jumat, 20 Februari 2009

KEIKHLASAN

Pertanyaan Alami???
1. Sudah kelas berapa ? Sekolah dimana ?
2. Sudah Kuliah dimana ? Semester berapa ?
3. Sudah kerja belum ? kerja dimana ?
4. Sudah nikah belum ? / Kapan nich nikahnya ?
5. Sudah punya anak belum ?
6. Sekarang Putranya sudah berapa ? Sudah sekolah belum?
dst…

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang lazim kita dengar dan kita pertanyakan ketika bertemu dengan seorang kawan lama yang sudah lama tak bersua atau kenalan baru dengan seseorang yang baru saja kita temui. Dan setiap orang yang mengalami fase-fase kehidupan pasti akan mendapatkan seputar pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertanyaan 1 s.d 3 adalah pertanyaan yang tidak akan membuat beban mental buat si penanya maupun si penjawab. Namun akan berbeda halnya dengan pertanyaan ke 4. Tentunya buat siapa saja yang sudah memasuki usia “layak lulus verifikasi “ untuk segera menikah, maka pertanyaan ini kadang-kadang bisa membuat gak enak hati si penanya, meskipun tidak selalu akan seperti itu, tapi pasti akan membuat sedikit beban atau melibatkan emosi jiwa bagi si penjawab karena saat itu hati sedang menanti kehadiran sang Pangeran/ Sang Bidadari. Begitu pula halnya dengan pertanyaan ke-5, sebenarnya pertanyaannya adalah pertanyaan yang biasa, ketika seseorang sudah menikah, tentu orang lain akan bertanya, sudah punya baby belum? Kapan nich? dsb, tapi pertanyaan ini menjadi luar biasa karena makna yang terkandung dalam pertanyaan ini begitu dalam.

Bukan hal yang mudah untuk menjawab pertanyaan2 yang sifatnya “sensitive” seperti pertanyaan ke 4 dan ke 5. Dibutuhkan sebuah ke Ikhlasan dalam hati dalam menjawab pertanyaan tersebut. Bagaimana kita mampu menata hati kita agar jawaban yang keluar dari lisan kita pun bisa menjadi sebuah do’a untuk kita. Tentunya ada sebuah kegelisahan dalam hati ini, namun jangan sampai jawaban2 yang kita berikan justru akan menumbuhkan rasa ketidak percayaan kita akan Taqdir Nya.

Ikhlas..sebuah kata yang begitu dalam dan luas maknanya. Sebagai seorang muslim Ikhlas harus senantiasa mengiringi langkah kehidupan kita sehari-hari, Ikhlas menuntut hati yang bersih. Satu upaya batin yang hanya dengannya Allah akan menerima sebuah amalan. Hati yang bersihlah yang akan melahirkan pribadi-pribadi yang ikhlas. Pribadi yang hanya mengharapkan ridha Allah sebagai imbalan atas ibadahnya. Mengikhlaskan atas apa yang sudah ALLAH tetapkan untuk kita, sehingga kita mampu memaksimalkan husnudzon kita kepada ALLAH. Sehingga setiap do’a-doa’a yang kita panjatkan pun penuh dengan keyakinan bahwa ALLAH akan mengabulkan do’a-do’a kita. Karena keyakinan berbanding lurus dengan kekuatan do’a, sehingga keyakinan mampu menumbuhkan dan menguatkan husnudzon dalam hati kita.

Semoga kita menyadari betapa keikhlasan sangat mempengaruhi setiap langkah kita, sehingga akan memberikan motivasi kepada kita semuanya, untuk senantiasa berupaya menjadikan diri kita sebagai pribadi-pribadi yang mukhlish. Wallahu a'lam bishowab.

2 komentar:

Baju Renang Mengapung Safe Swim mengatakan...

ikhlas yak...

wahai ilmu ikhlas..dimana kah kau (jadi inget filmnya "sang calon presiden" bang dedi mizwar : Kiamat Sudah Dekat

Ikhlas ya Rul ! he 8x

nizamtoha mengatakan...

ikhlas bukan milik kita kan?

milik Pemilik Alam.

salam sebangsa

http://abidisini.blogspot.com/